Perbedaan Antara Program Sekolah Rakyat dan Sekolah Garuda yang Dirancang Pemerintah

JAKARTA, – Pemerintah sedang meluncurkan dua program pendidikan untuk mewujudkan visi Indonesia Emas pada tahun 2025, yaitu Sekolah Garuda dan Sekolah Rakyat.
Keduanya dibuka bagi seluruh masyarakat, termasuk dari kelompok rentan dan keluarga tidak mampu.
Namun, pendekatan serta kriteria penerimaan siswa menunjukkan perbedaan mendasar.
Sekolah Rakyat bagi Siswa yang Sangat Miskin
Menteri Sosial Saifullah Yusuf alias Gus Ipul mengatakan bahwa Sekolah Rakyat adalah wujud dukungan untuk anak-anak yang berasal dari kalangan kurang mampu dan sangat membutuhkan, tanpa adanya penerimaan berdasarkan persyaratan akademis yang ketat.
“Kalau untuk Sekolah Rakyat itu enggak pakai tes akademik. Yang penting mereka dari desil satu, artinya kelompok miskin dan miskin ekstrem,” ujar Gus Ipul di kantornya, Selasa (20/5/2025).
Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, Prof. Mohammad Nuh, menambahkan bahwa meskipun tanpa tes akademik, Sekolah Rakyat ini tetap menggunakan academic mapping.
“Berapa pun nilainya, sepanjang dia itu miskin desil satu, masuk. Tapi sekolah tahu persis posisi akademik anak itu saat awal masuk,” jelas Nuh.
Pemetaan ini tidak hanya bertujuan untuk mengukur kecerdasan akademik saja, namun juga mencakup pemeriksaan kesehatan fisik serta kondisi mental seseorang.
“Kalau dia punya penyakit pun, tidak ditolak. Tapi diobati dan tetap sekolah. Kita ingin tahu perubahan anak sebelum dan sesudah sekolah,” katanya.
Pendekatan ini memungkinkan Sekolah Rakyat mengembangkan potensi siswa secara individual.
Bahkan, kata Nuh, pihaknya mempertimbangkan menggunakan pendekatan DNA Talenta untuk memahami kekuatan alami anak-anak.
"Jangan memaksakan anak menjadi hal tertentu jika mereka tidak memiliki bakat di bidang tersebut. Pemetaan ini sebaiknya digunakan sebagai panduan bagi anak berdasarkan kemampuan alamiahnya," katanya.
Sekolah Garuda tetap gelar seleksi
Sementara itu, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, menekankan bahwa pemerintah juga menggalakkan Sekolah Garuda yang inklusif dan terbuka.
“(Sekolah Unggulan Garuda) ini adalah sekolah yang inklusif. Jadi bukan sekolah yang eksklusif,” ujar Stella dalam media briefing di Kantor Kemendikti Saintek, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (17/5/2025).
“Dan secara real Ini akan direalisasikan di sekolah Garuda terbaru. Sebuah sekolah yang bersifat inklusif, jadi tentunya peluang pun diberikan kepada mereka yang memiliki keterbatasan fisik," imbuhnya.
Pada praktiknya, pendaftaran murid dijalankan dengan memperhatikan dua prinsip pokok yakni status keuangan dan kinerja akademis.
Delapan puluh persen murid akan mendapatkan beasiswa lengkap, sedangkan yang lainnya adalah siswa pembayar.
"Delapan puluh persen siswa yang terdaftar akan mendapatkan beasiswa. Kriteria pemilihan didasarkan pada pertimbangan ekonomi dengan prinsip bahwa semakin tidak mampu seseorang, semakin besar kemungkinan dia untuk lolos," jelas Stella.
Apa bedanya?
Meski begitu, Sekolah Garuda tetap menerapkan mekanisme seleksi akademik.
Hal ini berbeda dari Sekolah Rakyat yang mengutamakan pembukaan akses tanpa memandang nilai ujian.
Ke dua sekolah tersebut mempunyai tujuan yang serupa, yakni menyediakan pendidikan berkualitas untuk semua anak di Indonesia.
Namun, jalur masuk dan pendekatannya disesuaikan dengan karakteristik sasaran masing-masing.
Sekolah Garuda mengembangkan bibit unggul melalui seleksi, sementara Sekolah Rakyat menampung dan membina potensi anak-anak yang selama ini terpinggirkan oleh sistem pendidikan konvensional.
“Yang pertama itu penting adalah mereka di desil satu itu. Miskin dan miskin ekstrem. Ya beda sekali ya,” tutup Gus Ipul.
Post a Comment for "Perbedaan Antara Program Sekolah Rakyat dan Sekolah Garuda yang Dirancang Pemerintah"
Post a Comment